Senin, 17 Desember 2012

Makalah Tinjauan Filosufis tentang Hakikat Pendidik

TINJAUAN FILOSUFIS TENTANG HAKIKAT PENDIDIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia sebagai peserta didik menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi pembelajaran. Pendidik tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran peserta didik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif. [1]Hal inilah yang menyebabkan kajian tentang peserta didik masih menarik dan dianggap perlu dilakukan, terutama yang berkaitan dengan hakekat peserta didik, karakteristik peserta didik, tugas dan tanggung jawab peserta didik dan etika peserta didik.
Dalam sebuah proses pendidikan tentunya membutuhkan sebuah alat yang mendukung terlaksananya kegiatan mendidik. Mengingat pentingnya alat tersebut maka disini kita juga akan mengupas sebagian tentang alat pendidikan tersebut karena pendidikan tidak dapat berlangsung tanpa adanya fasilitator yang membawahinya, bisa disebut pendidik atau guru.
Sesuai dengan arus perkembangan zaman yang semakin hari semakin bernuansa ironis dan kebudayaan murni dalam pendidikan yang semakin terlupakan, hingga para suri tauladan pewaris (pendidik/guru) nyaris terseret ke dalam arus pergolakan tersebut maka pendidikan sangatlah dibutuhkan sebagai protektifitas kehidupan. Peran seorang pendidik dalam pendidikan sangatlah penting serta termasuk mendapatkan kedudukan yang tinggi didalamnya, menurut filsafat pendidikan islam pendidik tidak hanya mendidik saja terhadap peserta didik namun tidak dapat dinafikan pendidik juga membimbing, mengarahkan serta membawa arah arus gerak yang positif tentunya.


B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah peran, karakteristik, dan etika pendidik?
2.      Bagaimanakah tugas, karakteristik, dan etika peserta didik?
3.      Bagaimanakah hubungan antara pendidik dan peserta didik?
4.      Bagaimanakah tantangan pendidik muslim di era globalisasi?
5.      Bagaimanakah peran pendidik dalam menghadapi tantangan di era globalisasi?

C.      Tujuan dan Manfaat Pembahasan
     1.      Untuk mengetahui peran, karakteristik, dan etika pendidik.
     2.      Untuk mengetahui tugas, karakteristik, dan etika peserta didik.
     3.      Untuk mengetahui hubungan antara pendidik dan peserta didik.
     4.      Untuk mengetahui tantangan pendidik muslim di era globalisasi.
     5.      Untuk mengetahui peran pendidik dalam menghadapi tantangan di era globalisasi.

BAB II 
PEMBAHASAN
A.  Tinjauan Filosufis tentang Hakikat Pendidik
1.    Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang berdiri sendiri.[2]
Di dalam ilmu pendidikan, yang dimaksud pendidik adalah semua yamg mempengaruhi perkembangan seseorang.[3] Perkembangan tersebut meliputi seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Potensi ini sedemikan rupa dikembangkan secara seimbang sampai mencapai tingkat yang optimal. Sebagai seorang pendidik disini harus memberikan contoh yangg baik agar anak didiknya dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. [4]

2.    Karakteristik Pendidik
Seorang pendidik harus memiliki karakteristik tertentu yang dengan karakteristik ini diharapkan apa yang diberikan oleh pendidik kepada anak didiknya dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik. Adapun karakteristik tersebut adalah sebaga berikut:
a.    Tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru / pendidik bersifat rabbani.
b.    Ikhlas, yakni bermaksud mendapat keridhaan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran.
c.    Sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada peserta didik.
d.   Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan menguasainya dengan baik. [5]
e.    Memiliki sifat zuhud, yakni tidak mengutamakan materi dan mengajar karena ridho Allah SWT semata
f.     Seorang guru harus jauh dari dosa besar, sifat ria’, dengki dll.
g.    Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti mencintai anak-anaknya sendiri.
h.    Mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-muridnya.
i.      Mencegah diri sendiri dan murid untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
j.      Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan tidak berlain kata dengan perbuatannya.[6]

3.    Peran Pendidik
a.     Membimbing si terdidik 
     Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
b.     Menciptakan situasi untuk pendidikan 
   Situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.[7]
c.       Sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan.
d.   Sebagai model, yaitu dalam bidang studi yang diajarkan merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari.[8]
e. Sebagai pembersih, pemelihara, pengembang fitrah manusia dan menginternalisasikan serta mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia.
4.    Etika Pendidik
Etika adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara pendidik dan peserta didik. Adapun di antara etika pendidik adalah sebagai berikut:
a.       Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik. Pola komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan ketika terjadi proses belajar mengajar.
b.      Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didiknya. Pemberian materi pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya.
c.       Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian anak didik, misalnya hanya memprioritaskan pada anak yang ber-IQ tinggi.
d.      Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian dan kesempurnaan.
e.       Ikhlas dalam menjalankan aktifitasnya, tidak banyak menuntut hal yang di luar hak dan kewajibannya.[9]

B.  Tinjauan Filosufis tentang Hakikat Peserta Didik
1.    Pengertian Peserta Didik
Peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebaga suatu pribadi atau individu.[10] Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, dan untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam proses belajar mengajar.[11]
2.    Karakteristik Peserta  Didik
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, peserta didik hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.    Belajar dengan niat Ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah.
b.    Bersikap tawadhu’ atau rendah hati.
c.    Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.[12]
d.   Peserta didik hendaknya berhias dengan moral yang baik.
e.    Bersungguh- sungguh dan tekun belajar.
f.     Sifat saling mencintai dan persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa.
g.    Peserta didik harus penuh semangat dan kegiatan, serta menghadapi tugasnya dengan penuh kegairahan dan minat.
h.    Bersifat wara’ dan menjaga agar setiap kebutuhan dan keluarga, makan, minum, pakaian tempat tinggal dan lain-lain, selalu dari bahan dan diperoleh lewat cara yang halal.[13]

3.    Tugas dan Tanggung jawab Peserta Didik
Setiap peserta didik  setidaknya memiliki tugas dan tanggung jawab seperti berikut ini :
a.    Bertekad untuk belajar hingga akhir umur, jangan meremehkan suatu cabang ilmu, tetapi hendaklah menganggapnya bahwa setiap ilmu ada  faedahnya, jangan meniru-niru apa yang didengarnya dari orang – orang yang terdahulu yang mengkritik  dan merendahkan sebagian ilmu dan filsafat.
b.    Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
c.    Mempelajari ilmu-ilmu terpuji, baik ilmu umum atau ilmu agama.
d.   Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.
e.    Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
f.     Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik itu untuk dirinya maupun manusia pada umumnya.[14]

4.    Etika Peserta Didik
Setiap peserta didik harus memiliki dan berlaku dengan etika yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti sebagai berikut :
a.    Setiap peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah dan ibadah tidak sah kecuali dengan hati yang bersih.
b.    Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri dengan tuhan dan bukan untuk bermegah- megahan dan mencari kedudukan.[15]
c.    Peserta didik tidak menganggap rendah sedikitpun pengetahuan apa saja dengan sebab ia tidak mengetahuinya, tetapi ia harus mengambil bagian dari tiap.tiap ilmu yang pantas baginya dan tingkatan yang wajib baginya
d.   Murid terlebih dahulu memberi salam kepada gurunya.
e.    Ikutilah perintahnya selama tidak menyuruh kemaksiatan.
f.     Mengupayakan agar tiba terlebih dahulu di majlis dari guru.
g.    Hendaknya memilih teman yang berhati mulia
h.    Menjahui teman yang bersifat malas dan jangan membangga-banggakan suatu kemuliaan yang dimilikinya.[16]

C.  Hubungan antara Pendidik dan Peserta Didik
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tapi jiwa jiwa mereka tetap satu. Pendidik dan peserta didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik. Tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas anak didik”.[17] Hubungan antara pendidik dan anak didik dapat sebagai:
a.       Pelindung
Orang dewasa selalu menjaga kepada anak didiknya dan selalu memperhatikan anak didiknya. Dengan demikian anak selalu diberikan perlindunagan pada soal jasmaniah dan rohaniah.
b.      Menjadi teladan
Pendidik menjadi teladan bagi peserta didik yang ingin berbuat serupa. Maka perlu bagi seorang guru memperhatikan segala gerak-geriknya dalam berbuat.
c.       Pusat mengarahkan pikiran dan perbuatan
Pendidik biasa menurut sertakan anak dengan apa yang dipikirkan, baik yang menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang dipertimbangkan. Jadi pendidik memberikan penjelasan-penjelasan tentang berbagai hal hal kepada anak mengenai apa yang sedang dipikirkan.
d.      Pencipta perasaan bersatu
Anak didik seolah-olah telah biasa di dalam suasana perasaan bersatu dengan pendidik. Dari suasana ini anak akan mendapatkan pengalaman dasar untuk hidup bermasyarakat, antara lain saling percaya, rasa setia, saling meminta dan memberi.[18]

D.      Tantangan Pendidik Muslim di era Globalisasi
Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di suatu negara yang menyuguhkan ‎kemudahan, kenikmatan dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai ‎kejujuran, kesederhanaan, kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis ‎. Untuk itu sangat ‎mutlak diperlukan bekal pendidikan agama, agar kelak dewasa akan tidak menjadi ‎manusia yang berkepribadian rendah, melakuan korupsi, kolusi dan nepotisme‎, ‎melakukan kejahatan intelektual, merusak alam untuk kepentingan pribadi, menyerang ‎kelompok yang tidak sepaham, percaya perdukunan, menjadi budak setan dan lain-lain.‎
Faktor pendorong adanya tantangan di atas dikarenakan longgarnya pegangan ‎terhadap agama dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan ‎moral yang dilakukan oleh kepala rumah tangga yaitu dengan keteladanan dan ‎pembiasaan. Selain adanya hambatan akibat dampak negatif era globalisasi juga terdapat ‎tantangan pendidikan agama Islam untuk membekali generasi muda mempunyai kesiapan ‎dalam persaingan.[19]
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, ‎yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, ‎perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada ‎perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, ‎penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan ‎tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.‎

E.  Peran Pendidik menghadapi Tantangan di era Globalisasi
Pendidik di era globalisasi adalah pendidik yang mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara profesional. Dalam era globalisasi, seorang pendidik yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai:
a.         Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan.
b.        Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.
c.         Transmitor (penerus) sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
d.  Transformator (penterjemah) sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan peserta didik.
e.    Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara non formal (kepada peserta didik serta Tuhan yang menciptakannya).[20]

Adapun peran pendidik dalam menyikapi tantangan globalisasi adalah berusaha secara sadar untuk membimbing, mengajar, dan melatih siswa agar dapat:
a.       Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b.  Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan paham atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan pola pikir dan keyakinan siswa.
c.         Memperkenalkan secara transparan contoh positif negatif dari pengaruh iptek kepada anak.
d.  Pendidik selalu mengontrol kepada anak didik dan sekaligus sebagai agent of shange dalam menggunakan iptek
e.       Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
  Peserta didik merupakan unsur terpenting bagi terlaksanya kegiatan pendidikan. Sebab ia merupakan obyek dan sekaligus subyek dan mitra pendidikan, sehingga sehebat dan selengkap apapun unsur-unsur lainnya, jika peserta didik tidak ada atau tidak dipedulikan, maka dapat dipastikan kegiatan pendidikan tidak dapat terlaksana dan berjalan dengan baik. Peserta didik merupakan orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik. Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik utuk di didik.
  Pendidik merupakan manusia dewasa yang mampu menghantarkan peserta didik pada tujuan pendidikan. Pendidik tidak hanya mendidik namun juga membimbing serta mengarahkan pada hakekat terdidik dan harapan dari sebuah proses pendidikan. Tugas pendidik dalam islam terhadap peserta didik mengarahkan supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syari’at-Nya, melaksanakan kebenaran, serta menumbuh kembangkan bakat, minat maupun kertampilan sang peserta didik. Pendidik di era globalisasi adalah pendidik yang mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara prifesional. Menghadapi tanntangan di era globalisasi ini, diperlukan pendidik yang benar-benar profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Azizi, Abd. 2011. Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Ihsan, Hamdani dkk. 1998. Filsafat Pendidikan Islam (FPI). Bandung: CV Pustaka Setia
Nata, Abuddin.  2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Faizin, Faiq. Tinjauan Filosufis tentang hakekat Pendidik, http://faiqfaizinjember.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
Putra, Adi. Peranan Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi, adyputramelayu.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Oktober 2012 Pukul 19.14 WIB

Sun'an, Muhammad Ali. Hakikat Peserta Didik dalam Filsafat Pendidikan Agama Islam. http://muhammadalisunan.blogspot.com.  Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB




[1] Muhammad Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com,  Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
[2] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal.173
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),  hal. 170
[4] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 41
[5] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, hal. 182
[6] Faiq Faizin, Tinjauan Filosufis tentang hakekat Pendidik, http://faiqfaizinjember.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
[7] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (FPI), (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hal. 94
[8] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hal. 115
[9] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, hal. 185
[10] Abu Hamadi. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hal. 251
[11] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Hal. 131
[12] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, hal.189
[13] Muhammad Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com,  Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
[14] Muhammad Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com,  Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
[15] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, hal. 190
[16] Muhammad Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com,  Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
[17] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), Hal. 58
[18] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, hal. 192-193
[19] http://tulangrusukwanita.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul  09.00 WIB
[20] Adi Putra, Peranan Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi, adyputramelayu.blogspot.com, Diakses tanggal 22 Oktober 2012 Pukul 19.14 WIB