TINJAUAN FILOSUFIS TENTANG HAKIKAT PENDIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia sebagai peserta didik menempati posisi yang
menentukan dalam sebuah interaksi pembelajaran. Pendidik tidak
mempunyai arti apa-apa tanpa
kehadiran peserta didik, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah kunci yang menentukan untuk
terjadinya interaksi edukatif. [1]Hal inilah yang menyebabkan kajian tentang peserta didik masih menarik
dan dianggap perlu dilakukan, terutama yang berkaitan dengan hakekat peserta
didik, karakteristik peserta
didik, tugas dan tanggung jawab peserta didik dan etika peserta didik.
Dalam sebuah proses pendidikan tentunya membutuhkan
sebuah alat yang mendukung terlaksananya kegiatan mendidik. Mengingat
pentingnya alat tersebut maka disini kita juga akan
mengupas sebagian tentang alat pendidikan tersebut karena pendidikan tidak
dapat berlangsung tanpa adanya fasilitator yang membawahinya, bisa disebut
pendidik atau guru.
Sesuai dengan arus perkembangan zaman yang semakin
hari semakin bernuansa ironis dan kebudayaan murni dalam pendidikan yang
semakin terlupakan, hingga para suri tauladan pewaris (pendidik/guru) nyaris
terseret ke dalam arus pergolakan tersebut maka pendidikan sangatlah dibutuhkan
sebagai protektifitas kehidupan. Peran
seorang pendidik dalam pendidikan sangatlah penting serta termasuk mendapatkan
kedudukan yang tinggi didalamnya, menurut filsafat pendidikan islam pendidik
tidak hanya mendidik saja terhadap peserta didik namun tidak dapat dinafikan
pendidik juga membimbing, mengarahkan serta membawa arah arus gerak yang
positif tentunya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
peran, karakteristik, dan etika pendidik?
2.
Bagaimanakah
tugas, karakteristik, dan etika peserta didik?
3.
Bagaimanakah
hubungan antara pendidik dan peserta didik?
4.
Bagaimanakah
tantangan pendidik muslim di era globalisasi?
5.
Bagaimanakah peran
pendidik dalam menghadapi tantangan di era globalisasi?
C. Tujuan dan
Manfaat Pembahasan
1. Untuk mengetahui peran, karakteristik, dan etika
pendidik.2. Untuk mengetahui tugas, karakteristik, dan etika peserta didik.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidik dan peserta didik.
4. Untuk mengetahui tantangan pendidik muslim di era globalisasi.
5. Untuk mengetahui peran pendidik dalam menghadapi tantangan di era globalisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Filosufis tentang Hakikat Pendidik
1.
Pengertian
Pendidik
Pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT sebagai
khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang berdiri
sendiri.[2]
Di dalam ilmu pendidikan, yang dimaksud pendidik
adalah semua yamg mempengaruhi perkembangan seseorang.[3] Perkembangan
tersebut meliputi seluruh
potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Potensi ini sedemikan rupa
dikembangkan secara seimbang sampai mencapai tingkat yang optimal. Sebagai
seorang pendidik disini harus memberikan contoh yangg baik agar anak didiknya
dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. [4]
2.
Karakteristik
Pendidik
Seorang pendidik harus memiliki
karakteristik tertentu yang dengan karakteristik ini diharapkan apa yang
diberikan oleh pendidik kepada anak didiknya dapat didengar dan dipatuhi,
tingkah lakunya dapat ditiru dan diteladani dengan baik. Adapun karakteristik
tersebut adalah sebaga berikut:
a. Tujuan, tingkah laku dan
pola pikir guru / pendidik bersifat rabbani.
b. Ikhlas,
yakni bermaksud mendapat keridhaan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran.
c. Sabar
dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada peserta didik.
e. Memiliki
sifat zuhud, yakni tidak mengutamakan materi dan mengajar karena ridho Allah
SWT semata
f. Seorang guru
harus jauh dari dosa besar, sifat ria’, dengki dll.
g. Seorang guru
harus mencintai murid-muridnya seperti mencintai anak-anaknya sendiri.
h. Mengetahui
tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-muridnya.
i. Mencegah
diri sendiri dan murid untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
3.
Peran
Pendidik
a. Membimbing si terdidik
Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
b. Menciptakan situasi untuk pendidikan
Situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.[7]
Situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.[7]
c. Sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan.
d. Sebagai model, yaitu dalam bidang studi yang diajarkan
merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari.[8]
e. Sebagai pembersih, pemelihara, pengembang fitrah manusia dan menginternalisasikan serta
mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia.
4.
Etika
Pendidik
Etika
adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara pendidik dan peserta didik. Adapun di antara
etika pendidik adalah sebagai berikut:
a. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan
peserta didik. Pola komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan ketika terjadi
proses belajar mengajar.
b. Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didiknya.
Pemberian materi pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya.
c. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada
sebagian anak didik, misalnya hanya memprioritaskan pada anak yang ber-IQ
tinggi.
d. Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian dan
kesempurnaan.
e. Ikhlas dalam menjalankan aktifitasnya, tidak banyak
menuntut hal yang di luar hak dan kewajibannya.[9]
B.
Tinjauan
Filosufis tentang Hakikat Peserta Didik
1.
Pengertian
Peserta Didik
Peserta didik adalah anak yang
belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk
menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai
umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebaga suatu
pribadi atau individu.[10]
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah
(potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, dan untuk mengembangkan
potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Dalam pandangan
yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran
pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Hal
ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam proses belajar
mengajar.[11]
2.
Karakteristik
Peserta Didik
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, peserta didik
hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Belajar dengan niat Ibadah
dalam rangka taqarrub ila Allah.
b.
Bersikap tawadhu’ atau rendah hati.
d.
Peserta didik hendaknya berhias
dengan moral yang baik.
e.
Bersungguh- sungguh dan tekun belajar.
f.
Sifat saling mencintai dan
persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa.
g.
Peserta didik harus penuh semangat
dan kegiatan, serta menghadapi tugasnya dengan penuh kegairahan dan minat.
h.
Bersifat wara’ dan menjaga agar
setiap kebutuhan dan keluarga, makan, minum, pakaian tempat tinggal dan
lain-lain, selalu dari bahan dan diperoleh lewat cara yang halal.[13]
3.
Tugas dan Tanggung jawab Peserta Didik
Setiap
peserta didik setidaknya memiliki tugas dan tanggung jawab seperti
berikut ini :
a.
Bertekad untuk belajar hingga akhir
umur, jangan meremehkan suatu cabang ilmu, tetapi hendaklah menganggapnya bahwa
setiap ilmu ada faedahnya, jangan meniru-niru apa
yang didengarnya dari orang – orang yang terdahulu yang mengkritik dan
merendahkan sebagian ilmu dan filsafat.
b.
Menjaga pikiran dari berbagai
pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
c.
Mempelajari ilmu-ilmu terpuji, baik ilmu umum atau ilmu agama.
d.
Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas
untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.
e.
Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
f.
Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan yang
dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan
hidup dunia dan akhirat, baik itu untuk dirinya maupun manusia pada umumnya.[14]
4.
Etika
Peserta Didik
Setiap peserta didik harus memiliki
dan berlaku dengan etika yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti sebagai
berikut :
a.
Setiap peserta didik harus
membersihkan hatinya dari kotoran sebelum menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah dan ibadah tidak sah kecuali dengan
hati yang bersih.
b.
Hendaklah tujuan belajar itu
ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri dengan
tuhan dan bukan untuk bermegah- megahan dan
mencari kedudukan.[15]
c.
Peserta didik tidak menganggap
rendah sedikitpun pengetahuan apa saja
dengan sebab ia tidak mengetahuinya, tetapi ia harus mengambil bagian dari tiap.tiap ilmu yang pantas baginya dan tingkatan yang wajib baginya
d.
Murid terlebih dahulu memberi salam
kepada gurunya.
e.
Ikutilah perintahnya selama tidak
menyuruh kemaksiatan.
f.
Mengupayakan agar tiba terlebih
dahulu di majlis dari guru.
g.
Hendaknya memilih teman yang berhati
mulia
h.
Menjahui teman yang bersifat malas
dan jangan membangga-banggakan
suatu kemuliaan yang dimilikinya.[16]
C.
Hubungan
antara Pendidik dan Peserta Didik
Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu bersatu.
Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tapi
jiwa jiwa mereka tetap satu. Pendidik dan peserta didik adalah dua sosok
manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Guru tetap guru dan
anak didik tetap anak didik. Tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas anak
didik”.[17]
Hubungan antara pendidik dan anak didik dapat sebagai:
a.
Pelindung
Orang dewasa selalu menjaga kepada anak didiknya dan
selalu memperhatikan anak didiknya. Dengan demikian anak selalu diberikan
perlindunagan pada soal jasmaniah dan rohaniah.
b.
Menjadi teladan
Pendidik menjadi teladan bagi peserta didik yang ingin
berbuat serupa. Maka perlu bagi seorang guru memperhatikan segala
gerak-geriknya dalam berbuat.
c.
Pusat
mengarahkan pikiran dan perbuatan
Pendidik biasa menurut sertakan anak dengan apa yang
dipikirkan, baik yang menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang
dipertimbangkan. Jadi pendidik memberikan penjelasan-penjelasan tentang
berbagai hal hal kepada anak mengenai apa yang sedang dipikirkan.
d.
Pencipta
perasaan bersatu
Anak didik seolah-olah telah biasa di dalam suasana
perasaan bersatu dengan pendidik. Dari suasana ini anak akan mendapatkan
pengalaman dasar untuk hidup bermasyarakat, antara lain saling percaya, rasa
setia, saling meminta dan memberi.[18]
D.
Tantangan
Pendidik Muslim di era Globalisasi
Dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan di suatu negara yang menyuguhkan kemudahan, kenikmatan dan
kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran, kesederhanaan,
kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis . Untuk itu sangat mutlak diperlukan bekal pendidikan agama, agar kelak
dewasa akan tidak menjadi manusia yang berkepribadian rendah, melakuan
korupsi, kolusi dan nepotisme, melakukan kejahatan intelektual, merusak alam
untuk kepentingan pribadi, menyerang kelompok yang tidak sepaham, percaya
perdukunan, menjadi budak setan dan lain-lain.
Faktor pendorong adanya tantangan di atas
dikarenakan longgarnya pegangan terhadap agama dengan mengedepankan ilmu
pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh kepala
rumah tangga yaitu dengan keteladanan dan pembiasaan. Selain adanya hambatan
akibat dampak negatif era
globalisasi juga terdapat tantangan pendidikan agama Islam untuk membekali
generasi muda mempunyai kesiapan dalam persaingan.[19]
Melalui tayangan acara-acara di media
elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan
berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan,
hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh
pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
E.
Peran Pendidik menghadapi Tantangan di era Globalisasi
Pendidik di era globalisasi adalah pendidik yang
mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara profesional. Dalam era
globalisasi, seorang pendidik yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai:
a.
Konservator
(pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan.
b.
Inovator
(pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.
c.
Transmitor
(penerus) sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
d. Transformator
(penterjemah) sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan
perilakunya, dalam proses interaksi dengan peserta didik.
e. Organisator
(penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan,
baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun
secara non formal (kepada peserta didik serta Tuhan yang menciptakannya).[20]
Adapun
peran pendidik dalam menyikapi tantangan globalisasi adalah berusaha secara
sadar untuk membimbing, mengajar, dan melatih siswa agar dapat:
a. Meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Menangkal dan
mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan paham atau budaya lain yang
membahayakan dan menghambat perkembangan pola pikir dan keyakinan siswa.
c.
Memperkenalkan
secara transparan contoh positif negatif dari pengaruh iptek kepada anak.
d. Pendidik selalu
mengontrol kepada anak didik dan sekaligus sebagai agent of shange dalam
menggunakan iptek
e. Menyalurkan
bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkannya secara
optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula
bermanfaat bagi orang lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peserta didik merupakan unsur terpenting bagi
terlaksanya kegiatan pendidikan. Sebab ia merupakan obyek dan sekaligus subyek
dan mitra pendidikan, sehingga sehebat dan selengkap apapun unsur-unsur
lainnya, jika peserta didik tidak ada atau tidak dipedulikan, maka dapat
dipastikan kegiatan pendidikan tidak dapat terlaksana dan berjalan dengan baik. Peserta didik merupakan orang yang mempunyai fitrah (potensi)
dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk
mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta
didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan
sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik
utuk di didik.
Pendidik merupakan manusia dewasa yang mampu menghantarkan peserta didik
pada tujuan pendidikan. Pendidik
tidak hanya mendidik namun juga membimbing serta mengarahkan pada hakekat
terdidik dan harapan dari sebuah proses pendidikan. Tugas pendidik dalam islam terhadap peserta didik mengarahkan supaya
beriman kepada Allah dan melaksanakan syari’at-Nya,
melaksanakan kebenaran, serta menumbuh kembangkan bakat, minat maupun
kertampilan sang peserta didik.
Pendidik di era globalisasi adalah pendidik yang
mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara prifesional. Menghadapi
tanntangan di era globalisasi ini, diperlukan pendidik yang benar-benar
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Azizi, Abd. 2011. Filsafat
Pendidikan Islam sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Basri,
Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:
CV Pustaka Setia
Ihsan,
Hamdani dkk. 1998. Filsafat Pendidikan
Islam (FPI). Bandung: CV Pustaka Setia
Nata, Abuddin. 2005.
Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta:
Gaya Media Pratama
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers
Tafsir,
Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islami
Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Faizin,
Faiq. Tinjauan Filosufis tentang hakekat Pendidik, http://faiqfaizinjember.blogspot.com,
Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB
Putra,
Adi. Peranan Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi, adyputramelayu.blogspot.com.
Diakses tanggal 22 Oktober 2012 Pukul 19.14 WIB
Sun'an,
Muhammad Ali. Hakikat
Peserta Didik dalam Filsafat Pendidikan Agama Islam. http://muhammadalisunan.blogspot.com. Akses Tanggal 21 Oktober 2012
pukul 09.00 WIB
[1] Muhammad
Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam
Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB
[2] Abd. Azizi, Filsafat Pendidikan Islam sebuah Gagasan
membangun Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal.173
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan
Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 170
[6] Faiq Faizin, Tinjauan Filosufis tentang hakekat Pendidik, http://faiqfaizinjember.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul
09.00 WIB
[7] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam (FPI), (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hal. 94
[13] Muhammad
Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam
Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB
[14] Muhammad
Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam
Filsafat Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB
[16] Muhammad Ali Sun'an, Hakikat Peserta Didik dalam Filsafat
Pendidikan Agama Islam, http://muhammadalisunan.blogspot.com, Akses Tanggal 21 Oktober 2012 pukul 09.00 WIB
[20] Adi
Putra, Peranan Guru dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi, adyputramelayu.blogspot.com,
Diakses tanggal 22 Oktober 2012 Pukul 19.14 WIB