Senin, 17 Desember 2012

Makalah Pendidikan Seks Pada Anak


 PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK

 BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini masyarakat merasakan perlu diperluasnya pengetahuan tentang sex education, dengan latar belakang bermacam-macam; guna memelihara tegaknya nilai-nilai moral, guna mengatasi gangguan-gangguan psikis dikalangan remaja, guna memberi pengetahuan orang tua dalam menghadapi perkembangan anak-anak dan lain sebagainya.
Kesadaran orang tua dan pendidik akan pendidikan seks kepada para remaja masih sangat minim dan kurang jelas. Salah satunya adalah menyembunyikan urusan seksual dari anak-anak pada saat mereka membutuhkan bimbingan yang murni, yaitu umur tujuh hingga empat belas tahun, sehingga mereka tidak mengatahui apa-apa tentang masalah seksual  sampai mereka menginjak usia puber. Padahal dalam islam, seorang anak mumayiz harus dikenalkan pada kaidah-kaidah yang berkaitan dengan pendidikan seksual, untuk mempersiapkan anak menghadapi perubahan dalam pertumbuhannya.[1]
Sebagai agama yang memberikan pedoman hidup kepada umat manusia dalam segala aspeknya, islam mengatur dan memberi arah juga kepada umat manusia dalam melaksanakan fungsi seksualnya, kearah tujuan yang benar dan baik, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahkluk yang beadap dan terhormat.

B.    RUMUSAN MASALAH
  1. Apa isi dan materi pendidikan seks?
  2.  Apa urgensi pendidikan seks bagi pendidikan di Indonesia?
  3.  Bagimana metode pendidikan seks dalam pemelajaran Pendidikan Agama Islam?

  
C.         TUJUAN
         Makalah ini disusun untuk mengetahui :
  1. Isi dari materi pendidikan seks
  2. Urgensi pendidikan seks bagi pendidikan di Indonesia
  3.  Metode pendidikan seks dalam pemelajaran Pendidikan Agama Islam

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Sedangkan istilah seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik dari dalam maupun luar yang mempengaruhi tingah laku syahwat yang bersifat kodrati.[2] Syamsudin mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya. [3]
Lebih dalam lagi Dr. A.Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan pekawinan, sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami sebagi akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistic.[4]

B.        Tujuan Pendidikan Seks
Tiap-tiap usaha pendidik selalu diarahkan untuk membimbing si terdidik ke arah tujuan tertentu.[5]Adapun tujuan pendidikan seks adalah sebagai berikut:
1.    Menciptakan sikap yang sehat pada diri seseorang terhadap seks dan seksualitas. [6]
2.    Mengartikan kehidupan seks yang ada pada manusia, yakni untuk memberikan penjelasan dan informasi tentag seks manusia serta menegakkan nilai-nilai manusiawi terhadap seks tersebut.[7]
3.    Mendidik anak menjadi pribadi dewasa yang dapat mengadakan hubungan heteroseks yang sehat.[8]
Sedangkan tujuan pendidikan seks yang diberikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus meliputi beberapa hal:[9]
1.    Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi akibat pertumbuhannya, maka anak laki-laki harus mengerti tentang air mani dan perempuan tahu tentang haid.
2. Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminnya dan memandang lawan jenisnya dengan penghargaan dengan kelebihan dan keistimewaannya.
3.  Untuk membantu mereka mengetahui bahwa perbuatan seks harus didasarkan atas penghargaan yang tulus  terhadap kepentingan rang lain.

C.  Pendidikan Seks dalam Islam
Untuk mempertahankan nilai manusia sebagai makhluk yang berkedudukan amat mulia itu, Islam memberikan pedoman-pedoman tentang kehidupan seksual, meskipun belum terperinci seperti yang ada sekarang di dunia sexiologi, tetapi cukup menjadi pedoman yang dapat mempertahankan martabat manusia sebagai makhluk yang diberi kedudukan lebih mulia daripada banyak makhluk Allah yang lain.
Perintah Nabi Muhammad SAW, pada masa berumur 10 tahun anak-anak supaya dipisahkan tempat tidurnya dari saudara-saudaranya, maupun dari ibu-bapaknya. Perintah memisahkan tidur anak-anak itu amat penting artinya bagi pertumbuhan jiwa anak-anak antara lain juga mengenai perkembangan jiwa dalam bidang seks.
Beberapa ajaran islam tentang seks adalah:
1.      Larangan agar kaum wanita jangan memamerkan perhiasan kepada laki-lakidan perempuan yang bukan mahram.
2.      Antara laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak terjadi pandang memandang yang bernafsu.
3.      Berkhalwat antara laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak dibenarkan.

D.  Materi Pendidikan Seks pada Anak dalam PAI
Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa hal[10]:
1.    Menanamkan jiwa maskulin dan feminim
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara berpasangan laki-laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna bagi pergaulannya. Pembentukan jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada laki-laki dapat dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.[11]  
2.   Mendidik menjaga pandangan mata
Di samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak dijelaskan pula mengenai batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat merupakan anggota tubuh yang yang harus ditutupi dan tidak boleh dilihat atau diperlihatkan kepada orang lain.[12]
3.    Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang berlawanan jenis denga memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar anak mampu memahami etika bergaul dalam islam mampu membedakan antara muhrim dengan yang bukan muhrim sehingga pemahaman tersebut akan selalu melekat di hati dan menjadi self control pada waktu anak memasuki usia remaja.[13]
4.    Mendidik cara berpakaian dan berhias
Hendaknya anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami, model-model pakaian yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai model pakaian pada diri anak, agar mereka tidak terjerumus pada konsep model pakaian barat yang lebih menonjolkan erotikannya.
5.    Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin
Bimbingan praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu dimaksudkan agar anak secaran langsung belajar membersihkan diri, belajar membersihkan alat kelaminya, dan belajar mengenali dirinya.
6.    Memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh
Pengertian tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan difahami oleh anak sebelum ia benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan seksualnya dapat berjalan secara wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan. Lebih dari itu agar anak dapat menjalankan ketentuan syar’i yang telah mulai berlaku bagi dirinya.
7.    Pemisahan tempat tidur
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar mereka mampu memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan, terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis kelamin yang berbeda.

E.  Metode Pendidikan Seks pada Anak dalam PAI
Metode yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara lain sebagai berikut:
1.    Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara membiasakan anak agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak tidur terpisah dengan orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat kelaminnya, membiasakan anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa didampingi muhrimnya dimulai dengan hal kecil misalnya, pemisahan tempat duduk di kelas, serta membiasakan anak berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.[14]
2.      Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak yang belum begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-harinya. Dalam pendidikan seks anak harus diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam peribadatan. Apa yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap oleh peserta didik jika dibarengi dengan upaya pemberian keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.
3.      Metode pemberian hadiah dan hukuman
Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat diterapkan dalam rangka menanamkan aturan-aturan islami menyangkut masalah ibadah dan etika, khususnya etika seksual. Bagi anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka, mereka berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan pujian. Namun apabila melanggar, mereka harus diberi hukuman meskipun hanya berupa teguran.
4.      Metode Tanya jawab dan dialog
Metode Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling umum adalah selalu ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik perhatiannya. Metode tanya jawab tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteaksi dan sharing tentang hal-hal yang diluar akademis, tentang pemasalahan aktual seputar permasalahan remaja dan pendidikan seks misalnya.
5.                     Metode pengawasan[15]
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan memberikan pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat orang lain. Anak juga perlu diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas dengan tujuan agar anak mampu memahami etika bergaul dalam islam.
a.    Pengawasan Internal
Diantara hal yang dapat membangkitkan rangsangan seks anak adalah:
1.      Anak usia remaja masuk dalam rumah tanpa minta izin pada orangtua, misal ketika masuk kamar orangtua ia melihat aurat orang tua yang tersingkap
2.      Anak yang berusia sepuluh tahun keatas tidur satu tempat tidur dengan saudara- saudaranya
3.      Memberikan peluang kepada anak untuk menonton film yang merangsang
4.      Membiarkan anak membiasakan kehendak nafsunya untuk melihat gambar- gambar porno
5.      Memberikan kesempatan kepadanya sejak usia puber untuk bergaul dengan erempuan dekatnya
Untuk itu, orang tua dan pendidik harus memberikan pengarahan yang cermat, bimbingan yang benar dan bijaksana, serta tidak kehabisan cara dalam memperbaiki dan mendidik anak.

b.    Pengawasan Eksternal
Faktor eksternal antara lain :
1.      Bioskop atau tontonan
2.      Kerusakan akibat fenomena kejahatan di masyarakat
3.      Kerusakan karena adanya klab malam,  baik secara rahasia ataupun terang- terangan
4.      Kerusakan akibat teman yang jahat
5.      Kerusakan akibat pergaulan sepasang remaja yang berlainan jenis
6.      Mengajarkan hukum agama yang dibebankan kepada anak usia puber dan baligh

Islam memandan seks, bertitik tolak dari pengetahuan tentang fitrah manusia dan usaha pemenuhan kecenderungannya agar setiap individu di dalam masyarakat tidak melampaui batas- batas fitrahnya dan tidak menempuh jalan yang menyimpang yang bertentangan dengan nalurinya. Ia berjalan sesuai dengan cara yang normal dan benar yang telah digariskan Islam, yakni dengan pernikahan. Dalam Al- Qur’an Surat Ar- Rum : 21 yang artinya :
“ Dan diantara tanda- tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri- istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih sayang”.

Dari firman tersebut, kita tahu bahwa Islam mengharamkan penghindaran diri dari perkawinan dengan niat ingin mencurahkan semua waktunya untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Syariat Islam adalah syariat yang memerangi dengan keras dantak mengenal kompromi semua ajakan kepada kehidupan rahbaniyyah yang dimurkai dan kepada hidup membujang yang tercela karena bertentangan dengan fitrah manusia dan bertolak belakang dengan kecenderungan nalurinya.



PENUTUP

  1. Kesimpulan
     Pendidikan seks diartikan sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya. Islam sendiri memberikan pedoman-pedoman tentang kehidupan seksual, meskipun belum terperinci seperti yang ada sekarang di dunia sexiologi. Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan jiwa maskulin dan feminism, mendidik menjaga pandangan mata, mengenalkan mahrom-mahromnya. memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh, mendidik cara menjaga kebersihan kelamin, dll. Adapun metode yang dapat digunakan adalah metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian hadiah dan hukuman, metode tanya jawab dan dialog, serta metode pengawasan.

B.     Saran
Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan sedini mungkin kepada anak. Namun hal ini tidak semata-mata menjadi beban dan tanggung jawab bagi orang tua, namun juga meenjadi tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi anak. Pandidikan seks ini dapat dibeikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak, mulai dari hal yang sifatnya sederhana hingga pada hal yang sifatnya kompleks. Orang tua, guru, dan masyarakat memikul tanggung jawab bersama dalam mendidik generasi muda agar mereka dapat memperoleh  penjelasan dan informasi tentang seks manusia serta menegakan nilai-nilai manusiawi terhadap seks tersebut dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.



DAFTAR PUSTAKA
Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang Tua, Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan. 2003. Jakarta: Pustaka Zahra

M. Kasim Mugi Amin. Kiat Selamatkan Cinta. 1997. Yogyakarta: Titian Ilahi Press

Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, 1985. Solo: Ramadhani.

Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, 1996. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muh. Zein, Azaz dan Pengembangan Kurikulum, 1985. Yogyakarta: Sumbangsih Offset.

Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual, 1980. Jakarta: Gunung Mulia.

Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga. 1994. Jakarta: Erlangga

Prof. Siskon Pribadi, Mutiara-mutara Pendidikan, , tt. Bandung: Jemmara.

Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, 2008. Yogyakarta: Pustaka Fahima.



[1]Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang Tua, Guru, Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan. (Jakarta: Pustaka Zahra. 2003)  hlm 23
[2] M. Kasim Mugi Amin, Kiat Selamatkan Cinta, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 38
[3] Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, (Solo: Ramadhani, 1985), hlm. 14
[4] Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, (Bandung: remaja Rosda Karya, 1996), hlm. 72
[5] Muh. Zein, Azaz dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1985), hlm. 30.
[6] Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual, (Jakarta: Gunung Mulia, 1980), hlm. 70
[7] Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga, (Jakarta: erlangga, 1994), hlm. 17
[8] Prof. Siskon Pribadi, Mutiara-mutara Pendidikan, (Bandung: jemmara, tt), hlm. 35
[9] Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, (Yogyakarta: Pustaka fahima, 2008), hlm. 74-75
[10] Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. http://ratuhati.com/index.php. diunggah pada Rabu, 06 May 2009. Pukul 00:55. Diunduh pada kamis, 22 Maret 2012. pukul 11: 45
[11] Suraji, Op. Cit., hlm. 132
[12]Nasikh Ulwan, Op. Cit., hlm.17
[13] Suraji, Op. Cit., hlm. 143
[14] Suraji, Op. Cit., hlm. 168
[15] Muhammad Zein, Op. Cit., hlm. 251

Tidak ada komentar:

Posting Komentar